Rabu, 01 Mei 2013

Your-Very-First-Time-Memory


Terlepas dari benar tidaknya judul diatas secara kitab tata bahasa, entah mengapa saya ingin menuliskan hal ini sebagai tulisan pertama. Ehem…
Jadi ingatan terlama apa yang kalian miliki? Setelah saya mencoba mengingat-ingat, ingatan terlama saya adalah ketika ibu, sepertinya waktu itu masih siang hari, membawa kain biru muda dan biru tua yang kelak akan saya kenakan untuk seragam TK. Tapi saya tidak ingat bagian pergi ke penjahitnya. Yah itu saja. Ketika saya masuk TK, usia saya kira-kira 4 tahun. Ingatan yang cukup pendek…

Ngomong-omong soal kenangan waktu TK, saya memiliki banyak kenangan. Saya masih ingat dimana letak kelas 0 kecil dan 0 besar saya.
Saat 0 kecil, atau sebutan lainnya TK kecil, ada seorang teman yang dengan bangganya memamerkan vitamin C berbentuk bintang-bintang yang saat itu cukup nge-trend dikalangan anak-anak TK. Anak laki-laki naas itu, entah siapa namanya, dengan baik hati memperbolehkan kami mencicipinya. Tidak ketinggalan pula, si empunya ikut memakan banyak-banyak vitamin C nya, entah berapa biji yang sudah dia makan, pokoknya dia langsung diare.

Saat 0 besar, saya mengalami kejadian yang cukup membuat saya trauma untuk memegang pohon. Jadi kejadiannya berawal ketika kami, anak-anak TK polos nan lucu, berjalan kaki ke alun-alun kota untuk bermain di sana. Sepanjang perjalanan kembali ke TK, saya dan teman-teman berlarian sambil memegang pohon-pohon disepanjang jalan yang kami lalui. Naas, saya belum tahu tentang salah satu budaya manusia abad dua puluh, yaitu sering pipi* sembarangan. Lain halnya dengan anjing dan kucing jantan yang pipi* untuk menyatakan teritorial kekuasaannya, bahkan menginvasi teritorial musuhnya. Serius, invasi. Karena saya pernah melihat di rumah Nenek, pohon cabe yang paginya dipipi*in sama si kucing, mungkin karena gak terima sama si kucing kampung yang nomaden cuma numpang makan aja, siangnya pohon cabe yang sama dipipi*in sama si anjing. Jadilah cabenya tumbuh subur membusuk tanpa ada yang berniat untuk memanen.
Oke, fokus. Jadi pohon yang saya pegang sepertinya telah ditandai. Bukan beruang, karena beruang hanya mencakar-cakar pohon, mirip dengan adegan Jacob Black dan Edward Cullen dari film Twilight saat mengelabui teman sepermainan mereka, kalau tidak salah. Pipi*??? Bukan, saya tidak tega membayangkan mereka pipi* di pohon. Yak mereka mencakar-cakar pohon untuk meninggalkan jejak mereka (gagal fokus lagi). Kurang lebih seperti itu, cmiw.

Lalu kira-kira ditahun yang sama, pokoknya sebelum pak Harto lengser. Saya belajar bersepeda ditemani si mbak, saya lupa namanya. Entah berapa abad yang telah dihabiskan si mbak untuk mengajari saya bersepeda. Suatu hari si mbak dan tetangga menyeletuk
“Masak udah gede gak bisa naik sepeda?”
Karena merasa harga diri saya dipertaruhkan, saya tidak terima
“Aku sudah bisa kok!!!”
sambil membela diri saya lantas mengayuh sepeda kuat-kuat. Karena biasanya hanya bersepeda dengan kecepatan 0,sekian km/jam dituntun si mbak, ilmu dalam bersepeda yang tidak pernah diwariskan oleh si mbak adalah REM. Saya yang  masih polos, tidak tahu bahwa sepeda itu punya rem. Walhasil, saya menabrak tembok pak RW yang belum genap dua hari dicat. Hal yang sama, cukup bisa untuk dikategorikan ajaib juga, terjadi saat saya belajar motor kira-kira ketika saya kelas 1 SMA. Saya baru tahu motor itu punya dua rem, dulunya saya cuma tahu rem depan saja. Alhamdulillah Allah masih menyayangi hambanya yang nista ini, gak sampai nabrak si, cukuplah bikin syok yang ngajarin.

Jadi begitulah. (〃 ̄ω ̄〃ゞ

0 komentar:

Posting Komentar

 
;