Jumat, 10 Mei 2013 5 komentar

Soba, Soumen, Udon, Ramen Mentah di Yogyakarta

Entah mengapa saya suka berkeliling di dalam supermarket. Meskipun hanya melihat-lihat, apalagi melihat bagian rak-rak bumbu masakan dan rak lain; melihat sejauh mana kemajuan peradaban manusia dalam memanipulasi makanan *tsah...

Beberapa hari yang lalu, saat sedang random-randomnya. Saya dan seorang teman (sebut saja Ratih), pergi tanpa tujuan dan memutuskan untuk ke Malioboro Mall. Masih dengan tujuan yang tidak jelas, tiba-tiba saya teringat persediaan air mineral yang sudah habis di kos. Akhirnya dengan riang gembira kami memutuskan untuk ke supermarket lantai dasar.

Mungkin karena letaknya yang berada di daerah favorit para wisatawan asing, supermarket ini dipenuhi dengan banyak barang-barang impor utamanya produk olahan makanan impor, dan pastinya dipenuhi wisatawan asing. Cukup banyak wisatawan asing saat kami berbelanja. Saat itu kami bertemu seorang turis wanita, sebut saja dari Hongkong, dengan pedenya berteriak-teriak memanggil anaknya. Tak mau merasa terjajah, kami berdua ikut berbicara dengan bahasa Jepang ”kyou wa ii tenki desune.....” <-- hasil kuliah selama 3 tahun di Sastra Jepang. *skip

Dan mengerikan sekali melihat kemajuan peradaban manusia. Barang impor yang dijual mulai dari acar bawang dalam toples kaca lucu yang lebih menarik untuk dijadikan pajangan, bubur bayi dalam toples (yang katanya organik) 110gr dengan toples yang tidak kalah lucu, hingga bawang goreng teman-teman. Sesibuk apakah manusia saat ini hingga menggoreng bawang saja tidak sanggup? (sok menghujat padahal indomie aja beli di burjo) *oke, cukup



 Puree bayi yang katanya organik, astaga bayi siapa yang dikasi makanan beginian


Dan yang tidak kalah membuat kami heboh, cokelat bermerk-sesuatu-yang-harga-beberapa-gramnya-lebih-mahal-dari-daging-sapi-sekilo, senbei, teh-teh ala inggris, sereal-yang-kata-ratih-mirip-makanan-burung, katsuobushi hingga soba!!! Mungkin ada teman-teman yang ingin membuat sendiri ramen, soba, soumen, udon ala Jepang tetapi masih bingung dimana mencari bahan, silahkan main ke sini.....
#promosi-tanpa-dibayar



 salah satu merk ramen, soba, dkk yang dijual di supermarket lantai dasar Malioboro Mall




yang lebih murah ada



yang organik juga ada  :D

3 komentar

Jpop VS Kpop


Saya suka musik, segala jenis musik yang bagi saya menarik untuk disimak dan bisa mengaduk-aduk perasaan. *tsahh. Kpop atau Jpop? saya tidak bisa memilih. Tapi jika dilihat koleksi lagu bajakan yang ada di playlist saya, jika diurut berdasarkan jumlahnya: musik-musik barat (sebut saja dari Amerika, Inggris, dkk), Korea, Jepang, dan Indonesia. Teman-teman jangan bosan dulu ya, maaf saya akan mengomel panjang lebar sebentar lagi.

Jujur  saya sudah bosan mendengar “ribut-ribut” soal musik Jepang vs Korea diantara kita *ehem. Dengan kapasitas otak sendiri, sayapun tidak mampu memahami bagimana pola pikir kita yang gemar “ribut-ribut” itu. Kebanyakan sih, saya bilang kebanyakan, fan war yang lagi heboh di Indonesia ya fans Jpop vs Kpop. Akhir-akhir ini, jika dilihat dari apa yang sedang nge-trend,
Negara
Artisnya
Fans-nya
Jepang
AKB : anak SMA
Wotalay (wota bukan nama fandom lho ya)
Korea
SNSD, SUJU : oplas, homo
ABG labil
* mengutip dari grup-grup Facebok dan kata ini yang sering digunakan sebagai gambaran, maaf kalau kasar

Saya teringat obrolan teman, sebut saja Winny (bukan nama sebenarnya).
”Aku cuma suka musik, gak bertanggung jawab sama apa yang dilakuin artisnya.”
dan saya turut mengamini,
”Iya, entah mau video klipnya mesum, artisnya selingkuh; peduli amat, kita cuma suka musiknya”  *toss, tapi pilih-pilih juga sih ya

Dan hey, sadar nggak sih kalau kita menghina artisnya oplas, anak SMA, dll; kita hanya menilai fisik mereka, bukan musik mereka? Berarti teori ”anak muda jaman sekarang menikmati musik dengan mata, bukan dengan telinga” itu terbukti? Sebatas yang saya temukan, memang jarang yang mengkritik musiknya begini dan begitu.

Lalu kita yang suka menghina-hina (saya juga pernah kok, khilaf) ini bisa apa sih?
Sudah berkarya apa, sok hebat ngata-ngatain orang?
Terus kita yang fans Jpop; artis Jpop favorit kita bangga, peduli gitu kalo kita ngehina artis Kpop? *misalnya woy, misalnya, saya juga panas
Enggak men, mereka hanya peduli dan bangga jika kalian men-support mereka dengan membeli karya mereka, bukan koleksi bajakan seperti yang ada dilaptop kita. *tusuk-tusuk diri sendiri, padahal dirinya sendiri terakhir nyumbang royalti (beli kaset) pas jaman SMP. Eh enggak ding, pernah beli ayam gratis CD

Selain itu teori ”Orang Indonesia paling jago jadi komentator” juga terbukti? Tidak munafik juga, saya sering ngehina-hina, ngomentar yang gak mutu tentang artis ini, itu. Tapi kita semua sudah cukup pintarlah untuk memilah mana yang pantas dan tidak untuk diucapkan-kan?

Terus kalian yang cowok-cowok, gimana perasaan kalian ngeliat cewek-cewek kalian seperti ini?

The Wanted - I found you fans version.. kreatif :D




Kalau yang cewek-cewek, gimana perasaan kalian ngeliat cowok-cowok kalian seperti ini?
Saya tidak tahu ini AKB48 atau siapa. dengan wotagei para fans yang gak kalah kreatif juga :D



Yah, meskipun tulisan ini jauuuuuuuuuuuuuuh dari bermutu, yang terpenting yuk bareng-bareng tobat. Gunakan telinga, bukan mata. Dan satu lagi, suka itu yang wajar-wajar ajalah, gak usah sampai fanatik, apalagi yang ngakunya fanatik tapi abal-abal (hobi bajakan), ibarat suporter bola yang maunya nonton di stadion tapi gak mau bayar karcis. *hayo nyindir siapa
Kalau saya? oh saya termasuk fans ababil yang abal-abal, bukan yang fanatik. *ngeles  :D

Rabu, 01 Mei 2013 0 komentar

Your-Very-First-Time-Memory


Terlepas dari benar tidaknya judul diatas secara kitab tata bahasa, entah mengapa saya ingin menuliskan hal ini sebagai tulisan pertama. Ehem…
Jadi ingatan terlama apa yang kalian miliki? Setelah saya mencoba mengingat-ingat, ingatan terlama saya adalah ketika ibu, sepertinya waktu itu masih siang hari, membawa kain biru muda dan biru tua yang kelak akan saya kenakan untuk seragam TK. Tapi saya tidak ingat bagian pergi ke penjahitnya. Yah itu saja. Ketika saya masuk TK, usia saya kira-kira 4 tahun. Ingatan yang cukup pendek…

Ngomong-omong soal kenangan waktu TK, saya memiliki banyak kenangan. Saya masih ingat dimana letak kelas 0 kecil dan 0 besar saya.
Saat 0 kecil, atau sebutan lainnya TK kecil, ada seorang teman yang dengan bangganya memamerkan vitamin C berbentuk bintang-bintang yang saat itu cukup nge-trend dikalangan anak-anak TK. Anak laki-laki naas itu, entah siapa namanya, dengan baik hati memperbolehkan kami mencicipinya. Tidak ketinggalan pula, si empunya ikut memakan banyak-banyak vitamin C nya, entah berapa biji yang sudah dia makan, pokoknya dia langsung diare.

Saat 0 besar, saya mengalami kejadian yang cukup membuat saya trauma untuk memegang pohon. Jadi kejadiannya berawal ketika kami, anak-anak TK polos nan lucu, berjalan kaki ke alun-alun kota untuk bermain di sana. Sepanjang perjalanan kembali ke TK, saya dan teman-teman berlarian sambil memegang pohon-pohon disepanjang jalan yang kami lalui. Naas, saya belum tahu tentang salah satu budaya manusia abad dua puluh, yaitu sering pipi* sembarangan. Lain halnya dengan anjing dan kucing jantan yang pipi* untuk menyatakan teritorial kekuasaannya, bahkan menginvasi teritorial musuhnya. Serius, invasi. Karena saya pernah melihat di rumah Nenek, pohon cabe yang paginya dipipi*in sama si kucing, mungkin karena gak terima sama si kucing kampung yang nomaden cuma numpang makan aja, siangnya pohon cabe yang sama dipipi*in sama si anjing. Jadilah cabenya tumbuh subur membusuk tanpa ada yang berniat untuk memanen.
Oke, fokus. Jadi pohon yang saya pegang sepertinya telah ditandai. Bukan beruang, karena beruang hanya mencakar-cakar pohon, mirip dengan adegan Jacob Black dan Edward Cullen dari film Twilight saat mengelabui teman sepermainan mereka, kalau tidak salah. Pipi*??? Bukan, saya tidak tega membayangkan mereka pipi* di pohon. Yak mereka mencakar-cakar pohon untuk meninggalkan jejak mereka (gagal fokus lagi). Kurang lebih seperti itu, cmiw.

Lalu kira-kira ditahun yang sama, pokoknya sebelum pak Harto lengser. Saya belajar bersepeda ditemani si mbak, saya lupa namanya. Entah berapa abad yang telah dihabiskan si mbak untuk mengajari saya bersepeda. Suatu hari si mbak dan tetangga menyeletuk
“Masak udah gede gak bisa naik sepeda?”
Karena merasa harga diri saya dipertaruhkan, saya tidak terima
“Aku sudah bisa kok!!!”
sambil membela diri saya lantas mengayuh sepeda kuat-kuat. Karena biasanya hanya bersepeda dengan kecepatan 0,sekian km/jam dituntun si mbak, ilmu dalam bersepeda yang tidak pernah diwariskan oleh si mbak adalah REM. Saya yang  masih polos, tidak tahu bahwa sepeda itu punya rem. Walhasil, saya menabrak tembok pak RW yang belum genap dua hari dicat. Hal yang sama, cukup bisa untuk dikategorikan ajaib juga, terjadi saat saya belajar motor kira-kira ketika saya kelas 1 SMA. Saya baru tahu motor itu punya dua rem, dulunya saya cuma tahu rem depan saja. Alhamdulillah Allah masih menyayangi hambanya yang nista ini, gak sampai nabrak si, cukuplah bikin syok yang ngajarin.

Jadi begitulah. (〃 ̄ω ̄〃ゞ
0 komentar

Ehem. Tes. Tes


Halohalo...
Pertama-tama jika kalian berharap blog ini berisi sejarah, jenis-jenis, unsur-unsur kacang, dan hal lain terkait kacang; maaf saya telah mengecewakan anda. Ngomong-ngomong kenapa mesti kacang? yah, simple-nya sih karena penyakit “kacang” yang saya derita dan nyaris akut hampir setahun; kurang lebih, yah kurang lebih setahun, kalau kurang silahkan ditambahi, kalau lebih silahkan dikurangi.
Lalu kenapa “why-nut?” Iya, iya. Saya mendapatkan inspirasi dari salah satu produsen donat asal Indonesia yang menamai salah satu donat rasa kacang mereka dengan nama “why-nut”. Kreatif, dan saya bangga. Oh iya, ini blog pertama saya. Hah hari gene baru nge-blog? yaudah sih *emosi.

Sebenernya saya malas nge-blog karena rasanya terlalu mengerikan jika banyak orang tahu tentang kehidupan saya. Saya takut ketika kelak saya terkenal, aib-aib saya dan orang-orang yang turut tercemar namanya lewat blog ini, akan mudah tersebar di era globalisasi ini (apaan, dikit-dikit era globalisasi, nyalahin globalisasi). Dari segala kemungkinan ababil di atas, semoga blog ini bisa menjadi tempat curhat yang asyik, syukur-syukur kalau ada yang sudi membaca. Sujud syukur kalau ada yang sudi berkomentar. Jadi ya sebenarnya tujuan utama dari penulisan blog ini adalah sebagai sarana untuk mempublikasikan calon proposal skripsi. Ya, memang tujuan sementara. Siapa tau nanti kedepannya saya mulai insyaf dan bisa menulis yang lebih bermutu, aamin.

Jadi ide ini berawal dari Ratih, seorang kawan seperjuangan, saat kita sama-sama galau proposal skripsi di ruang tesis disertasi. Begini, saya takut nantinya ketika skripsi saya sudah setengah jalan ternyata di negeri antah berantah sana sudah ada yang meneliti hal sama. Misalnya sebut saja mahasiswa Sastra Jepang di Universitas Negeri Amerika Serikat, menulis tema yang sama dan ternyata atas izin Tuhan dia yang lulus duluan. Oh men, mampos lah… saya harus mengubah penelitian saya (ehem), naudzubillah. Jadi kelak saya akan berusaha menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar agar mahasiswa Sastra Jepang di Universitas Negeri Amerika Serikat sana bisa menggunakan bantuan google translet dan dia tahu bahwa saya sudah meneliti duluan, you know!!!

Meskipun masih berantakan dan tidak fokus, silahkan membaca curahan hati saya.
Salam kacang.
 
;